Saturday, July 7, 2012

Arab Pradakwah



Berbicara mengenai sejarah dakwah tak lepas dari bagaimana sejarah peradaban islam berdiri. Terutama bagaimana keadaan bangsa arab sebelum datangnya islam, karena bangsa arablah yang mula-mula menerima agama islam. Sebelum datangnya islam mereka telah mempunyai berbagai macam agama, adat istiadat, akhlak dan peraturan-peraturan hidup. Ketika membahas tentang arab pra dakwah tak lepas dari periode jahiliah atau masa jahiliyah. Istilah jahiliah, yang biasa diartikan sebagai “ masa kebodohan” atau “kehidupan barbar” , sebenarnya berarti bahwa ketika itu orang arab tidak memiliki orientasi hukum, nabi, dan kitab suci. Pengertian ini dipilih karena kita tidak bisa mengatakan bahwa masyarakat yang berbudaya dan mampu baca tulis seperti masyarakat arab selatan disebut sebagai masyarakat bodoh dan barbar.
Bangsa arab terbagi menjadi dua bagian, yaitu : penduduk gurun pasir dan penduduk negeri.   Berbagai perbedaan begitu ketara bila kita lihat dari berbagai kondisi geografisnya. Penduduk gurun pasir yang cenderung tertutup, keaslian masih sangat kental di wilayah ini. Sedangkan penduduk negeri lebih terbuka terhadap budaya-budaya asing sehingga berbagai budaya berbaur menjadi satu dikarenakan penduduk negeri lebih tersebar di pusat kota. Dapat kita lihat kehidupan sosial bangsa arab yang sling berinteraksi dengan sya’ir.
A.      Kondisi Geografis Arab Pra Dakwah.
Jazirah dalam bahasa arab berati pulau. Jadi “Jazirah arab” berarti “pulau arab”. Jazirah arab terbagi atas dua bagian: bagian utara dan selatan. Jazirah arab pada masa itu merupakan daerah lalu lintas pedagangan. Orang-orang arab utara kebanyakan merupakan orang-orang yang nomad yang tinggal di “rumah-rumah bulu”, sedangkan orang-orang arab selatan kebanyakan adalah orang-orang perkotaan.[1] Kita dapat lihat perbedaan yang terjadi antara penduduk gurun pasir dan penduduk negeri dalam segi kehidupanya. Kehidupan di padang pasir memerlukan perasaan kesukuan, karena itulah yang akan melindungi keluarga dan warga suatu suku. Hal ini disebabkan terutama karena di padang pasir tidak ada pemerintahan atau suatu badan resmi, yang dapat melindungi rakyat atau warga negaranya dari penganiayaan dan tindakan sewenang-wenang dari siapa saja. Bila salah seorang dari warganya, atau dari pengikut-pengikutnya dianiaya orang atau dilanggar haknya, maka menjadi kewajiban atas kabilah atau suku itu menuntut bela. Seperti juga ditempat lain, disinipun dasar hidup pengembaraan itu ialah kabilah. Kabilah-kabilah yang selalu pindah dan mengembara itu tidak mengenal suatu peraturan atau tata-cara seperti orang kota. Gurun pasir lebih dari sekedar tempat tinggal ia merupakan penjaga tradisi sacral mereka,pemeliharaan kemurnian bahasa dan darah mereka dan benteng pertahanan yang paling utama dari serangan musuh. Bagi mereka bersikap pasif dalam menanggung beban hidup lebih penting dari pada berupaya mengubah kondisi yang ada, tidak peduli seberat apapun beban kehidupan yang mereka tanggung, individualism, karakteristik lain orang badui, sangat berakar kuat sehingga mereka tidak pernah bisa mengangkat dirinya sejajar dengan masyarakat sosial.
Berbeda dengan penduduk negeri yang hidup menetap, mereka mendirikan kota-kota, kerajaan-kerajaan dan berdagang. Atas nama tata tertib mau mengalah dan membuang sebagian kemerdekaan mereka untuk kepentingan masyarakat dan penguasa, sebagai imbalanya atas ketenangan dan kemewahan hidup mereka. Dengan adanya keterbukaan membuat bahasa mereka menjadi rusak disebabkan oleh saudagar-saudagar dari india, Sumatra,tiongkok,mesir dan siria berdatangan ke negeri meereka tiadat luput dari penjajahan, yang dilancarkan oleh Negara-negara tetangga yang lebih kuat dan mempunyai ambisi untuk menjajah.

B.       Kondisi Sosial Arab Pra Dakwah.
Sya’ir arab merupakan pengantar guna  melihat kondisi sosial bangsa arab sebelum islam. Orang yang membaca syair arab akan melihat kehidupan bangsa arab tergambar jelas pada syair tersebut. Syair-syair dari penyair yang hidup di masa jahiliah menjadi sumber yang terpenting bagi sejarah bangsa arab sebelum islam. Ini dikarenakan jauhnya orang-orang badui dari peradapan juga dibarengi dengan jauhnya mereka dari budaya tulis menulis, dengan buta huruf sebagai latar belakang dari jauhnya mereka dari budaya tulis menulis.
 Salah satu dari pengaruh syair pada bangsa arab ialah : bahwa syair itu dapat meninggikan derajat seorang yang tadinya hina, atau sebaliknya, dapat menghina-dihinakan seseorang yang tadinya mulia. Bilamana seorang penyair memuji seorang yang tadinya dipandang hina, maka dengan mendadak sontak orang itu menjadi mulia; dan bilamana seorang penyair mencela atau memaki seorang yang tadinya dimuliakan,maka dengan serta merta orang itu menjadi hina. Dapat kita lihat bahwasanya tingginya derajat seorang penyair, apa yang diucapkan bisa dijadikan parameter hina atau mulia derajat seorang yang dijadikan subjek dalam sebuah syair yang telah diucapkan.
Mereka hidup dengan berpindah-pindah (nomaden). Pola hidup mereka selalu sama, keseragaman, kemajuan, evolusi bukanlah hukum alam yang siap mereka ikuti. Mereka enggan berpindah tempat dan lebih memilih bertahan hidup seperti apa yang dilakukan para leluhur mereka.[2]


Bagi mereka orang badui bersikap pasif lebih penting dari pada mengubah kondisi yang ada. Ini dikarenakan kehidupan gurun pasir yang gersang yang mempengaruhi pola kehidupan orang-orang badui.
Seorang wanita pada masa pra-islam hanya dijadikan budak bagi laki-laki. Terutama demi pemuasan hawa nafsu semata. Beberapa lelaki bisa menggauli dan wanita itu tidak dapat menolak atas ajakan para laki-laki. Ini menandakan peranan wanita zaman pra-islam sangat bebeda jika dibandingkan peranan wanita pada zaman sesudah islam, semisal dalam berdakwah istri nabi mempunyai andil yang besar dalam kelangsungan dakwah nabi.

C.      Unsur-Unsur Penghambat Dakwah.
a)      Kehidupan sosial. Bila kita lihat dari segi kehidupan yang ada pada penduduk gurun pasir yang tidak ada keterbukaan dan cenderung tertutup atas adanya kebudayaan lain membuat para penduduk gurun pasir menjadi masyarakat terbelakang. Untuk dapat maju seperti penduduk negeri mereka harus dapat menerima keterbukaan itu, karena dengan kita mengetaui kebudayaan disuatu tempat atau daerah paling tidak kita dapat mempunyai pandangan tentang apa yang ada dalam suatu wilayah tersebut , mengetahui apa yang harus kita lakukan guna memajukan  wilayah tersebut.
Kuatnya semangat dan ikatan kesukuan memunculkan semangat yang dikenal ‘ashabiyyah(semangat kesukuan). Sehingga watak antisosial dari individualisme dan ‘ashabiyyah ini masih tetap menjadi ciri khas bangsa arab hingga saat mereka berkembang setelah kelahiran islam.[3]

b)   kondisi geografis.dapat kita bandingkan kondisi geografis antara kota yaman yang subur, makmur, hujan pun banyak turun, menjadi jalur perniagaan, dan juga keterbukaan penduduknya dengan kebudayaan lain dengan penduduk gurun pasir yang sering berpindah-pindah, panas, gersang. Ini membuat kehidupan mereka monoton dan lebih bersikap pasif.
D.      Unsur-Unsur Pendukung Dakwah.
a)    Komunikasi. Kehidupan tidak akan terlepas dari komunikasi entah itu verbal atau non verbal. Komunikasi tidak terbatas pada satu wilayah saja atau kabilah yang dapat kita lihat pada penduduk gurun pasir. Disatu disi kebudayaan mereka memang terjaga keasliannya, bahasanya mereka terpelihara, salah satu penyebab rusaknya suatu bahasa juga disebabkan oleh percampuran dengan bahasa-bahasa asing seperti yang kelihatan pada penduduk negeri yang lebih terbuka dengan kebudayaan lain.

b)   Perdagangan. Perdagangan merupakan salah alat interaksi bagi orang perkotaan. Ketika interaksi antar pedagang yang berlainan budaya terjadi ada hal-hal yang menguntungkan yaitu : tanpa disadari mereka memperkenalkan budaya mereka sekaligus mengerti budaya lainya.


KESIMPULAN

1.      Kondisi geografis sangat menentukan terjadinya peradaban. Kurang terbukanya penduduk gurun pasir akan kebudayaan lain membuat mereka menjadi terbelakang. Kemajuan sulit terjadi pada penduduk gurun pasir yang tinggal berpindah-pindah.
2.      Secara garis besarnya, kondisi sosial mereka bisa dikatakan lemah dan buta, kebodohan mewarnai segala aspek kehidupan, khurafat tidak bisa dilepaskan, manusia hidup layaknya benda mati.
3.      Unsur-unsur pendukung dakwah :
a)      Komunikasi.
b)      Perdagangan.
4.      Unsur-unsur penghambat dakwah :
a)      Kehidupan sosial.
b)      Kondisi geografis.

DAFTAR PUSTAKA

Syaikh shafiyyur rahman al-mubarakfury.2007. sirah nabawiyah. Jakarta: pustaka al kautsar
Philip K, Hitti. histories of the arabs. Jakarta: PT serambi ilmu semesta.
A.syalabi.2003.sejarah dan kebudayaan islam . Jakarta: PT. pustaka al husna baru
Haekel Muhammad, 1984.sejarah hidup Muhammad. Jakarta: PT tintamas Indonesia.


0 komentar:

Template by:

Free Blog Templates