Berbicara mengenai sejarah dakwah tak lepas dari bagaimana sejarah
peradaban islam berdiri. Terutama bagaimana keadaan bangsa arab sebelum
datangnya islam, karena bangsa arablah yang mula-mula menerima agama islam.
Sebelum datangnya islam mereka telah mempunyai berbagai macam agama, adat
istiadat, akhlak dan peraturan-peraturan hidup. Ketika membahas tentang arab
pra dakwah tak lepas dari periode jahiliah atau masa jahiliyah. Istilah
jahiliah, yang biasa diartikan sebagai “ masa kebodohan” atau “kehidupan
barbar” , sebenarnya berarti bahwa ketika itu orang arab tidak memiliki
orientasi hukum, nabi, dan kitab suci. Pengertian ini dipilih karena kita tidak
bisa mengatakan bahwa masyarakat yang berbudaya dan mampu baca tulis seperti
masyarakat arab selatan disebut sebagai masyarakat bodoh dan barbar.
Bangsa arab terbagi menjadi dua bagian, yaitu : penduduk gurun
pasir dan penduduk negeri. Berbagai
perbedaan begitu ketara bila kita lihat dari berbagai kondisi geografisnya.
Penduduk gurun pasir yang cenderung tertutup, keaslian masih sangat kental di
wilayah ini. Sedangkan penduduk negeri lebih terbuka terhadap budaya-budaya
asing sehingga berbagai budaya berbaur menjadi satu dikarenakan penduduk negeri
lebih tersebar di pusat kota. Dapat kita lihat kehidupan sosial bangsa arab yang sling berinteraksi
dengan sya’ir.
A.
Kondisi Geografis Arab Pra Dakwah.
Jazirah dalam bahasa arab berati pulau. Jadi “Jazirah arab” berarti “pulau arab”. Jazirah arab
terbagi atas dua bagian: bagian utara dan selatan. Jazirah arab pada masa itu
merupakan daerah lalu lintas pedagangan. Orang-orang arab utara kebanyakan
merupakan orang-orang yang nomad yang tinggal di “rumah-rumah bulu”, sedangkan
orang-orang arab selatan kebanyakan adalah orang-orang perkotaan.[1] Kita dapat lihat perbedaan yang terjadi
antara penduduk gurun pasir dan penduduk negeri dalam segi kehidupanya.
Kehidupan di padang pasir memerlukan perasaan kesukuan, karena itulah yang akan
melindungi keluarga dan warga suatu suku. Hal ini disebabkan terutama karena di
padang pasir tidak ada pemerintahan atau suatu badan resmi, yang dapat
melindungi rakyat atau warga negaranya dari penganiayaan dan tindakan sewenang-wenang
dari siapa saja. Bila salah seorang dari warganya, atau dari
pengikut-pengikutnya dianiaya orang atau dilanggar haknya, maka menjadi
kewajiban atas kabilah atau suku itu menuntut bela. Seperti juga ditempat lain,
disinipun dasar hidup pengembaraan itu ialah kabilah. Kabilah-kabilah yang
selalu pindah dan mengembara itu tidak mengenal suatu peraturan atau tata-cara
seperti orang kota. Gurun pasir lebih dari sekedar tempat tinggal ia merupakan
penjaga tradisi sacral mereka,pemeliharaan kemurnian bahasa dan darah mereka
dan benteng pertahanan yang paling utama dari serangan musuh. Bagi mereka
bersikap pasif dalam menanggung beban hidup lebih penting dari pada berupaya
mengubah kondisi yang ada, tidak peduli seberat apapun beban kehidupan yang
mereka tanggung, individualism, karakteristik lain orang badui, sangat berakar
kuat sehingga mereka tidak pernah bisa mengangkat dirinya sejajar dengan
masyarakat sosial.
Berbeda dengan penduduk negeri yang hidup
menetap, mereka mendirikan kota-kota, kerajaan-kerajaan dan berdagang. Atas nama tata tertib mau mengalah dan membuang sebagian kemerdekaan
mereka untuk kepentingan masyarakat dan penguasa, sebagai imbalanya atas
ketenangan dan kemewahan hidup mereka. Dengan adanya keterbukaan membuat bahasa
mereka menjadi rusak disebabkan oleh saudagar-saudagar dari india,
Sumatra,tiongkok,mesir dan siria berdatangan ke negeri meereka tiadat luput
dari penjajahan, yang dilancarkan oleh Negara-negara tetangga yang lebih kuat
dan mempunyai ambisi untuk menjajah.
B. Kondisi Sosial Arab Pra Dakwah.
Sya’ir arab merupakan pengantar guna melihat kondisi sosial bangsa arab sebelum
islam. Orang yang membaca syair arab
akan melihat kehidupan bangsa arab tergambar jelas pada syair tersebut. Syair-syair dari penyair yang hidup di masa
jahiliah menjadi sumber yang terpenting bagi sejarah bangsa arab sebelum islam. Ini dikarenakan jauhnya orang-orang badui dari peradapan juga
dibarengi dengan jauhnya mereka dari budaya tulis menulis, dengan buta huruf
sebagai latar belakang dari jauhnya mereka dari budaya tulis menulis.
Salah satu dari pengaruh
syair pada bangsa arab ialah : bahwa syair itu dapat meninggikan derajat
seorang yang tadinya hina, atau sebaliknya, dapat menghina-dihinakan seseorang
yang tadinya mulia. Bilamana seorang penyair memuji seorang yang tadinya
dipandang hina, maka dengan mendadak sontak orang itu menjadi mulia; dan
bilamana seorang penyair mencela atau memaki seorang yang tadinya
dimuliakan,maka dengan serta merta orang itu menjadi hina. Dapat kita lihat
bahwasanya tingginya derajat seorang penyair, apa yang diucapkan bisa dijadikan
parameter hina atau mulia derajat seorang yang dijadikan subjek dalam sebuah
syair yang telah diucapkan.
Mereka hidup dengan berpindah-pindah (nomaden). Pola hidup mereka selalu
sama, keseragaman, kemajuan, evolusi bukanlah hukum alam yang siap mereka
ikuti. Mereka enggan berpindah tempat dan lebih memilih bertahan hidup seperti
apa yang dilakukan para leluhur mereka.[2]
Bagi mereka orang badui bersikap pasif lebih penting dari pada
mengubah kondisi yang ada. Ini dikarenakan kehidupan gurun pasir yang gersang
yang mempengaruhi pola kehidupan orang-orang badui.
Seorang wanita pada masa pra-islam hanya dijadikan budak bagi
laki-laki. Terutama demi pemuasan hawa nafsu semata. Beberapa lelaki bisa
menggauli dan wanita itu tidak dapat menolak atas ajakan para laki-laki. Ini
menandakan peranan wanita zaman pra-islam sangat bebeda jika dibandingkan
peranan wanita pada zaman sesudah islam, semisal dalam berdakwah istri nabi
mempunyai andil yang besar dalam kelangsungan dakwah nabi.
C. Unsur-Unsur Penghambat Dakwah.
a) Kehidupan sosial. Bila kita lihat dari segi
kehidupan yang ada pada penduduk gurun pasir yang tidak ada keterbukaan dan
cenderung tertutup atas adanya kebudayaan lain membuat para penduduk gurun
pasir menjadi masyarakat terbelakang. Untuk dapat maju seperti penduduk negeri
mereka harus dapat menerima keterbukaan itu, karena dengan kita mengetaui
kebudayaan disuatu tempat atau daerah paling tidak kita dapat mempunyai
pandangan tentang apa yang ada dalam suatu wilayah tersebut , mengetahui apa
yang harus kita lakukan guna memajukan
wilayah tersebut.
Kuatnya semangat dan ikatan kesukuan memunculkan semangat yang
dikenal ‘ashabiyyah(semangat kesukuan). Sehingga watak antisosial dari
individualisme dan ‘ashabiyyah ini masih tetap menjadi ciri khas bangsa arab
hingga saat mereka berkembang setelah kelahiran islam.[3]
b) kondisi geografis.dapat kita bandingkan
kondisi geografis antara kota yaman yang subur, makmur, hujan pun banyak turun,
menjadi jalur perniagaan, dan juga keterbukaan penduduknya dengan kebudayaan
lain dengan penduduk gurun pasir yang sering berpindah-pindah, panas, gersang. Ini membuat kehidupan mereka monoton dan lebih bersikap pasif.
D. Unsur-Unsur Pendukung Dakwah.
a) Komunikasi. Kehidupan tidak akan terlepas
dari komunikasi entah itu verbal atau non verbal. Komunikasi tidak terbatas
pada satu wilayah saja atau kabilah yang dapat kita lihat pada penduduk gurun
pasir. Disatu disi kebudayaan mereka memang terjaga keasliannya, bahasanya
mereka terpelihara, salah satu penyebab rusaknya suatu bahasa juga disebabkan
oleh percampuran dengan bahasa-bahasa asing seperti yang kelihatan pada
penduduk negeri yang lebih terbuka dengan kebudayaan lain.
b) Perdagangan. Perdagangan merupakan salah
alat interaksi bagi orang perkotaan. Ketika interaksi antar pedagang yang
berlainan budaya terjadi ada hal-hal yang menguntungkan yaitu : tanpa disadari
mereka memperkenalkan budaya mereka sekaligus mengerti budaya lainya.
1. Kondisi geografis sangat menentukan
terjadinya peradaban. Kurang terbukanya penduduk gurun pasir akan kebudayaan
lain membuat mereka menjadi terbelakang. Kemajuan sulit terjadi pada penduduk
gurun pasir yang tinggal berpindah-pindah.
2. Secara garis besarnya, kondisi sosial mereka bisa dikatakan lemah
dan buta, kebodohan mewarnai segala aspek kehidupan, khurafat tidak bisa
dilepaskan, manusia hidup layaknya benda mati.
3. Unsur-unsur pendukung dakwah :
a) Komunikasi.
b) Perdagangan.
4. Unsur-unsur penghambat dakwah :
a) Kehidupan sosial.
b) Kondisi geografis.
DAFTAR PUSTAKA
Syaikh
shafiyyur rahman al-mubarakfury.2007. sirah nabawiyah. Jakarta: pustaka al kautsar
Philip
K, Hitti. histories of the arabs. Jakarta: PT serambi
ilmu semesta.
A.syalabi.2003.sejarah dan kebudayaan islam . Jakarta: PT. pustaka al
husna baru
Haekel Muhammad, 1984.sejarah hidup Muhammad. Jakarta: PT tintamas
Indonesia.
0 komentar:
Post a Comment