Masa-masa belum kenal internet, yang punya telpon rumah masih jarang
itu juga pesawatnya model yang puteran bukan yang pencet-pencet, ponsel
apalagi, tapi semua itu tak bikin kita mati gaya. Seperti kata orang
bijak, bila ada keinginan pasti ada jalan. “Apa, jalan buntu maksud loe
..?” Bila dalam bahasa Inggris, If there is a will there is a why,
artinya “Ngapain aja sih loe?” Wakakak ….
1. Naksir, ingin menembak si dia?
Pura-pura pinjam buku, lalu kembaliin plus “bonus” puisi cinta
(dibikinin teman sih yang disogok pake permen endog cecak). Ingat
lagunya Iwan Fals- Buku ini Aku Pinjam. Agak frontal dikit, menaruh
surat cinta di laci mejanya. Lebih telak lagi, bikin pesawat-pesawatan
dari kertas, komplit dengan tulisan “I love you pulll”, awas saat
mengirimnya jangan sampai nyasar mendarat di hidung guru BP yang sedang
memberi penyuluhan di kelas… Habis itu harap-harap cemas menanti surat
…. penolakan … wakakak …. Gimana lebih enak ditolak lewat surat kan
ketimbang lewat SMS, bisa dikumpulin buat kenangan koleksi penolakan
yang kesekian … wakakak … Tentu saja mekanisme pengiriman pesan tersebut
rawan penyadapan, dan bisa salah tembak. Maunya mengirim ke Susan,
jatuhnya kok ke tangan Susanto .. wah bisa berabe … Ingat Jean Pattikawa
nyanyi, “Surat cintaku yang pertama, membikin hatiku berlomba ….”, atau
Kangen, “Kau Tuliskan Padaku Kata Cinta Yang Manis Dalam Suratmu …”,
atau Kahitna, “Suratku ini, cerminan luka di hati …” Kalau sekarang
mungkin liriknya berubah kali, jadi “Email cintaku yang pertama,
membikin hatiku berlomba …” Yang jatuh cinta, suratnya disemprot parfum
biar wangi, lha yang putus cinta? Ya disemprot Baygon saja … upss jangan
deh ….
2. Mau kirim-kirim salam?
Pulang sekolah mampir dulu ke kantor Stasion Radio untuk nitip pesan.
Sore-sore siap di depan radio sambil pasang kuping nunggu pesannya
dibacain, “Ya, buat paman gembul, nirmala dan donal bebek, tadi di kelas
paman gober marah-marah melulu, hati-hati dengan si sirik, buat don
kisot kembaliin kaset genesis gue, buat penyiarnya yang rukun aja ya …,
dari ikkyu san di planet krypton …. oya titip lagu madu dan racunnya Ari
Wibowo … spesial buat samwan yang tega meninggalkanku ….” Puas deh
rasanya …, padahal yang dikirimin pesan lagi pada molor semua …. Makanya
lain kali jangan cuma kirim salam, tapi kirim juga laos,
temulawak,
kunir, dll …. lho?
3. Mau menelpon lokal siapkan kepengan, dulu sih seratusan perak, yang tipis lho bukan yang tebal.
Sambil cari-cari telpon umum yang masih utuh, soalnya ada yang cuma
tinggal gagangnya doang, ada juga yang “interior” masih utuh, jebulnya
di atas nggak nyambung ke kabel telpon. Kadang nemu yang jalan, eh
dipake tempat pacaran, atau berteduh waktu hujan. Pernah sih nunggu
orang selesai telpon, eh dianya ngeluarin recehan segepok taruh di atas
pesawat telpon. Ya udah deh, nyari lainnya aja …. Eh malah diajarin
anak-anak kecil ngunthet koin pake kawat, hayooo …. Masih ingat pesan
nan “mengharukan” ini, “Tiga menit waktu anda sudah habis, silakan
masukkan koin lagi …” Duh, koinnya dah habis buat main dingdong …..
4. Mau menelpon interlokal
Begadang nunggu di atas jam sepuluh malam, atau bangun jam empat
pagi, lalu buru-buru ke wartel, biar dapat tarif murah/diskon. Saya
ingat ketika itu, wartel masih jarang, bahkan kadang harus absen dulu
terus pulang lagi ke rumah, dua jam lagi baru balik dan sampai
gilirannya, saking banyaknya yang antri. Jadi ada wartel yang tiap malam
selalu ramai, mirip agen porkas mau bukaan saja.
5. Menerima telpon
Bagi anak kost yang cari tempat kost, biasanya punya pertanyaan
tambahan, “Ada telpon?”. Soalnya bisa numpang menerima telpon di tempat
ibu kost. Siap-siap pagi-pagi jam empat dipanggil-panggil ada telpon
interlokal dari kampung. Paling diledekin teman kost, “Tuh … kau disuruh
buruan pulang, mau dikawinkan dengan calon pilihan ibu kau ….” Ada juga
yang gemar ngerjain di kost, kalau ada telpon dari cewek. Nggak mungkin
deh punya rahasia, lha wong telpon masuk siapa-darimana seisi kost tahu
semua (terutama ibu kost), belum yang hobi nguping ….
6. Pak Pos is my hero
Menunggu-nunggu Pak Pos datang, terutama yang sedang di perantauan,
kiriman kabar dari kampuang nan jauh di mato. Juga surat dari tambatan
hati, wuiihhh ada cap bibirnya segala … Rasanya tulisan tangan plus
wangi surat lebih berkesan (yah masak nulis surat cinta mesti ke rental
dulu, lebih romantis tulisan ceker ayam ketimbang cetakan printer
dot-matrik yang pitanya udah kusut dan mbrodholi, maklum di rental)
soalnya bisa diciumi tiap hari…hihihi. Pokoknya Pak Pos is the one and
only selalu dinanti meski kadang telat …
7. Mau janjian?
Pastikan tempatnya dengan jelas, supaya jangan sampai tlisiban (apa
ya artinya ini? pokoknya, kau kesini, dia kesitu, kau begini, dia
begitu, dia menunggu di sana, kau menunggu di situ). Konyol kan kalau
janjiannya di alun-alon lor, panjenengan menunggunya di alun-alun kidul.
Benarkah keberadaan ponsel sekarang meminimalkan potensi tlisiban?
8. Kartu ucapan Hari raya
Nyari-nyari dan pilih-pilih kartu Lebaran atau Natal. Sebenarnya
nggak apa juga sih pilih satu set yang sama, soalnya kirimnya kan ke
orang yang berbeda. Ada yang kreatif, bikin sendiri kartu lebarannya
digambar sendiri. Ngirim kartu biar hemat prangko, nggak usah dilem
amplopnya ya …
9. Tidak ada telpon, mau kirim berita cepat
Pilihannya adalah kilat khusus. Atau lewat telegram saja (duh, yang
ini udah punah deh), oke, kma ttkhbs (ssstt … pelajaran bahasa Indonesia
di sekolah masih ada nggak cara menulis telegram?). Mau lebih hemat
lagi tapi lebih cepat, ya belajar telepati aja … hahaha ….
10. Tidur lebih nyenyak, bangun lebih enak
Coba sekarang, baru melek dikit sudah melirik ada pesan masuk tidak,
ada miscalled tidak, masuk WC aja ganti dulu statusnya, pagi-pagi belum
sarapan burjo sudah sarapan pulsa dulu.
11. Lebih mudah bikin alasan/ngumpet
Kalau jaman sekarang kan alasannya cuman dua, low-bat atau nggak ada
sinyal. Dulu nggak ada yang protes, “Kenapa sih telpon dimatikan, nggak
diangkat-angkat, SMS nggak dibales….”
12. Apa itu di dalam kantong?
Kalau saku kelihatan mblendhuk, jelas bukan batangan HP apalagi
blekberi, mungkin batangan coklat atau wafer. Atau jangan-jangan
nggembol sego kucing buat sangu… hihihi….
13. Lebih banyak garuk-garuk
Kalau sekarang kan waktu bengong jari bisa diberdayakan untuk
pijet-pijet tombol kalo nggak ngurusin SMS kan bisa main game di ponsel.
Lha dulu masak gede-gede bawa gamewatch kan nggak wangun. Sebenarnya
klaim ini masih perlu riset, benarkah keberadaan ponsel mengurangi
frekuensi garuk-garuk. Kalo orang Jawa bilang, “Seko kukur-kukur malih
dadi tutul-tutul”.
14. Mau backstreet ?
Bila perlu pakai cara pramuka, pakai bahasa sandi atau surat yang
hanya bisa terbaca dengan cara khusus. Lha yang punya pesawat telpon di
rumah juga ditungguin babe ama enyak.
15. Sebelum mulai pelajaran
Sekarang: Harap semua ponsel dimatikan, jangan ada yang mainan SMS
saat pelajaran. Dulu: Harap semua komik disimpan, jangan ada yang baca
stensilan saat pelajaran
0 komentar:
Post a Comment