Nabi telah mengajak bangsa Arab untuk mengesakan
Allah SWT dan kepada bangsa-bangsa lainnya, dari kalangan orang-orang yang satu
periode dengan beliau. Karena karakter agama islam yang tetap menyeru kepada
bangsa timur dan barat untuk mengesakan Allah, Islam memerintahkan orang-orang
yang datang setelah nabi untuk meninggalkan pandangan hidupnya yang salah untuk
berpegang kepada islam. Karena mereka tidak mengetahui akan aqidah Islamiyah dan
isi kandungannya, maka tetaplah Rasulullah memerintahkan para sahabat dan para
pengikutnya untuk melaksanakan dakwah islamiyah karena memang tidaklah mungkin
semua manusia menjadi pandai dan menjadi juru penerang. Dakwah islamiyah itu
diawali dengan amr ma’ruf nahyi munkar, maka tidak ada penafsiran logis lain
lagi mengenai makna amr ma’ruf kecuali
mengesakan Allah secara sempurna. Bahwa dialah sang maha pencipta segala
sesuatu, dialah yang patut disembah sedangkan mengabdi selain selainNya
merupakan kedhaliman yang amat jauh.
Sesungguhnya
hal ini merupakan fardhu ain bagi setiap orang islam. Dia berkuajiban
untuk menjelaskan islam kepada orang yang memang perlu diberi penjelasan karna
dia adalah salah seorang yang patu menerima firman Allah, lalu mengikuti
kebaikannya, dan member penjelasan kepada orang yang menaruh cinta terhadap
alquran dan orang-orang yang senang berbuat baik, sebagaimana yang telah
dilakukan kaum mukminin yang terdahulu dan para sahabat.sesuai dengan firman
Allah QS Al Imran 104 “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan
umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah
dari yang munkar[1]
merekalah orang-orang yang beruntung”
Pengertian
dakwah
1. Secara Bahasa
Dakwah ditinjau dari sehi bahasa berarti seruan atau
ajakan. Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa aarab disebut Masdar. Sedangkan bentuk kata kerjanya
berarti memanggil,menyeru atau mengajak (Da`a,Yad`u,Da`watan). Orang
yang berdakwah biasa disebut dengan Da`I,
dan orang yang menerima dakwah atau oran yang didakwahi disebut dengan Mad`u.[2]
2. Secara Istilah
Dalam pengertian
istilah Dakwah diartikan sebagai berikut:
a. Prof. Toha
Yahya oemar menyatakan bahwa dakwah islam sebagai upaya mengajak umat dengan
cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan
dunia dan akhirat.
b. Prof. Dr. Hamka mendefinisikan Dakwah adalah
seruan panggilan untuk menganut suatu pendirian yang ada dasarnya berkonotasi
positif dengan substansi terletak pada aktifitas yang memerintahkan Amar
Ma’ruf Nahi Mungkar.
c. Muhammad Natsir dakwah mengandung arti kewajiban
yang menjadi tanggung jawab semua muslim dalam amar ma’ruf nahi mungkar.
Dari
definisi tersebut, meskipun terdapat banyak perbedaan dalam perumusan dapatlah
diambil kesimpulan bahwa dakwah mengandung panggilan dari Allah SWT dan
Rasulullah SAW untuk umat manusia agar
percaya kepada ajaran islam dan mewujudkan ajaran yang dipercayainya itu dalam
segala segi kehidupan. Dakwah mejadikan perilaku muslim dalam menjalankan islam
sebagai agama Rahmat bagi seluruh alam yang harus didakwahkan kepada seluruh
manusia. Sesuai dengan FirmanNya:” :
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[3]
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat
dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk. (QS. An-Nahl: 125”) Sesuai dengan ayat diatas terdapat beberapa
penafsiran tentang subtansi dakwah, Antara lain:
1. Tafsir Al-Misbah.
Dalam ayat ini Nabi Muhamad Saw. Diperintahkan agar
mengikuti Nabi Ibrahim As. Yang mana Beliau sebagai bapak para Nabi dan penyeru
tauhid lalu diperintahkan lagi untuk mengajak umat manusia supaya mengikuti
prinsip-prinsip atau ajaran Nabi Ibrahim As. Ayat ini menyatakan : Wahai Nabi
Muhamad, serulah yakni lanjutkan usahamu untuk menyeru semua yang engkau
sanggup seru kepada jalan yang ditunjukkan oleh Tuhanmu yakni ajaran islam.
Dengan Hikmah dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka yakni siapapun yang
menolak atau meragukan ajaran islam dengan cara yang terbaik.
Terdapat tiga cara berdakwah yang telah termakna
dalam ayat ini yang sesuai dengan ayat ini dalam menghadapi manusia yang
beragam kualitas dan kuantitas. Tanpa menghiraukan intervensi,cemoohan, atau
tuduhan-tuduhan yang tidak berdasar oleh kaum musyrikin dan serahkan segala
urusan hanya kepada Allah SWT. Karena sesungguhnya hanya Allah Yang Maha
Mengetahui.
Tiga
cara berdakwah yang terdapat di dalam ayat tersebut yaitu
1.) Hikmah
Makna ini berawal dari kata hakamah, yang berarti kendali, karena kendali menghalangi apapun
yang mengarah kearah yang tidak diinginkan atau menjadi liar. Atau dengan
istilah lain hikmah ialah memilih yang terbaik dan sesuai diantara dua hal yang
buruk. Sedangkan pelakunya dinamai hakim (bijaksana).
2.) Mau`izhah
Dambil dari kata wa`azha
yang berarti nasehat. Mau`izhah adalah uraian yang menyentuh hati yang
mengantar kepada kebaikan. Mau`izhah hendaknya diisampaikan dengan khasanah baik
3.) Jadilhum
Ditarik dari kata jidal yang artinya diskusi atau bukti-bukti yang mematahkan alasan
atau dalil mitra diskusi yang dapat mengalahkannya. Perintah berjidal disifati
dengan ahsan yang terbaik, bukan sekedar yang baik. Thahrir ibn `asyur berpendapat bahwa jidal adalah bagian dari
hikmah dan mau`izhah hanya saja , tulisannya , karena tujuan jidal meluruskan
tingkah laku atau pendapat sehingga sasaran yang dihadapi menerima kebenaran,
maka kendati ia tidak terlepas dari hikmah atau mau`izhah
2. Tafsir Ibnu Katsir II
Dalam tafsir berikut Allah SWT menyuruh Rasulullah
SAW mngajak makhluk kepada Allah SWT dengan cara Hikmah. Yakni dengan mematuhi
perintah dan larangan Allah SWT supaya
mereka waspada terhadap siksaan Allah SWT.
Dalam Firmaan Allah, “ Dan bantahlah mereka dengan cara yang baik” dalam kutipan tersebut
diambillah dengan cara penyampaian yang lemah lembut, halus, dan saling menyapa
secara sopan.
Firman Allah “
sesunggguhnya Tuhanmu Dia lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat
dari jalanNya”. Dari ayat tersebut diambil kesimpulan bahwa Allah
mengetahui siapa saja yang celaka diantaranya dan mereka siapa yang bahagia.
- Tafsir Al-Azhar
Ayat tersebut mengandung ajaran tentang seruan
terhadap manusia agar mereka berjalan diatas jalan Allah SWT. Kata hikmah
kadang diartikan oleh orang-orang dengan filsafat, padahal kata hikmah itu
sendiri memiliki inti yang lebih halus dengan filsafat. Filsafat hanya dapat
dipahamkan oleh orang-orang yang telah terlatih pikiraannya, akan tetapi
sebenarnya hikmah dapat menarik orang yang belum maju kecerdasannya dan tidak
dapat dibantah oleh yang lebih pintar.
Kata Mau`izhatul
hasanah merupakan sebagai makna pengajaran yang baik. Diantara contoh
pengajaran yang baik itu adalah pendidikan ayah dan bunda dalam rumah tangga
kepada anak-anaknya, sehingga menjadi kehidupan keluarga dan juga termasuk
dalam pendidikan dan pengajaran.
Jadilhum bilati
hiya ahsan diartikan sebagi bantahan dengan cara yang lebih
baik, ayat ini dimaknai apabila telah terjadi kesalah pahaman atau salah
pendapat ayat ini menyuruh kita untuk memberikan sanggahan yang baik.
- Tafsir Al-Maragi
Dalam tafsir ini tidak jauh beda dengan tafsir-tafsir
diatas, juga terdapat istilah al-hikmah yang berarti perkataan yang kuat
disertai dengan dalil yang menjelaskan kebenaran, dan menghilangkan
kesalahpahaman.
Mau`izhatil hasanah yaitu
dalil-dalil yang bersifat zanni yang dapat memberikan kepuasan serta
pemahaman kepada orang awam.
Al-Jadal
dimaknai percakaapan dan perdebatan untuk memberikan jawaban atas sanggahan
agar mendapatkan solusi yang baik.
Dalam tafsir ini Allah SWT menyuruh Rasulullah SAW
untuk mengikuti jejak nabi Ibrahim As untuk melanjutkan Dakwahnya. Serta
menyuruh Rasulullah SAW untuk bersikap lemah lembut dalam menjatuhkan hukuman
jika beliau hendak menjatuhkannya.
- Tafsir Ath-Tabari
Maksud ayat di atas adalah Allah SWT berfirman kepada Nabi Muhammad supaya
beliau menyeru kepada Allah SWT menuju jalan yang baik sesuai dengan sariat
yang ditetapkannya serta dengan hikmah yaitu dengan wahyu Allah SWT yang
disampaikan kepada nabi muhammad SAW. Serta dengan kitap Allah yang telah
diturunkan untuk Nabi Muhammad. Serta
Allah SWT menyuruh nabi muhammad memberikan solusi terbaik terhadap perdebatan
masalah.
Dalam
akhir surat an-nahl tersebut dijelaskan bahwa sesungguhnya allah lebih
mengetahui mana orang-orang yang
tersesat di jalannya dan juga orang-orang yang mendapat petunjuk maka Allah
SWT membalas mereka semua sesuai dengan amal masing-masaing saat mereka kembali
kepadaNya
Referensi
:
Ar-Rifai, Nasib, Muhammad. 1999. Ibnu Katsir
Jilid 11. Jakarta: Gema Insani.
Hamka. 2006. Tafsir Al-Azhar. Jakarta:
Pustaka Panjimas.
Muhammad, ja’far, Abu bin Jarir Ath-Thabari. 2009. Ath
Thabari. Jakarta: Pustaka Azzam.
Mustofa, Ahmad. 1993. Tafsir Al- Maragi.
Semarang: Toha Putra.
Saputra, Wahidin. 2011. Pengantar Ilmu Dakwah.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Shihab,M.Durasih. 2006. Tafsir Al-Mishbah. Jakarta:
Lentera Hati.
0 komentar:
Post a Comment