Thursday, April 5, 2012

Metode Dakwah

Nabi telah mengajak bangsa Arab untuk mengesakan Allah SWT dan kepada bangsa-bangsa lainnya, dari kalangan orang-orang yang satu periode dengan beliau. Karena karakter agama islam yang tetap menyeru kepada bangsa timur dan barat untuk mengesakan Allah, Islam memerintahkan orang-orang yang datang setelah nabi untuk meninggalkan pandangan hidupnya yang salah untuk berpegang kepada islam. Karena mereka tidak mengetahui akan aqidah Islamiyah dan isi kandungannya, maka tetaplah Rasulullah memerintahkan para sahabat dan para pengikutnya untuk melaksanakan dakwah islamiyah karena memang tidaklah mungkin semua manusia menjadi pandai dan menjadi juru penerang. Dakwah islamiyah itu diawali dengan amr ma’ruf nahyi munkar, maka tidak ada penafsiran logis lain lagi mengenai makna amr ma’ruf kecuali  mengesakan Allah secara sempurna. Bahwa dialah sang maha pencipta segala sesuatu, dialah yang patut disembah sedangkan mengabdi selain selainNya merupakan kedhaliman yang amat jauh.
Sesungguhnya hal ini merupakan fardhu ain bagi setiap orang islam. Dia berkuajiban untuk menjelaskan islam kepada orang yang memang perlu diberi penjelasan karna dia adalah salah seorang yang patu menerima firman Allah, lalu mengikuti kebaikannya, dan member penjelasan kepada orang yang menaruh cinta terhadap alquran dan orang-orang yang senang berbuat baik, sebagaimana yang telah dilakukan kaum mukminin yang terdahulu dan para sahabat.sesuai dengan firman Allah QS Al Imran 104 “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar[1] merekalah orang-orang yang beruntung”
Pengertian dakwah
      1. Secara Bahasa
Dakwah ditinjau dari sehi bahasa berarti seruan atau ajakan. Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa aarab disebut Masdar. Sedangkan bentuk kata kerjanya berarti memanggil,menyeru atau mengajak (Da`a,Yad`u,Da`watan). Orang yang berdakwah biasa disebut dengan Da`I, dan orang yang menerima dakwah atau oran yang didakwahi disebut dengan Mad`u.[2]
2. Secara Istilah
Dalam pengertian istilah Dakwah diartikan sebagai berikut:
 a. Prof. Toha Yahya oemar menyatakan bahwa dakwah islam sebagai upaya mengajak umat dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dunia dan akhirat.
b. Prof. Dr. Hamka mendefinisikan Dakwah adalah seruan panggilan untuk menganut suatu pendirian yang ada dasarnya berkonotasi positif dengan substansi terletak pada aktifitas yang memerintahkan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar.
c. Muhammad Natsir dakwah mengandung arti kewajiban yang menjadi tanggung jawab semua muslim dalam amar ma’ruf nahi mungkar.
            Dari definisi tersebut, meskipun terdapat banyak perbedaan dalam perumusan dapatlah diambil kesimpulan bahwa dakwah mengandung panggilan dari Allah SWT dan Rasulullah SAW untuk umat  manusia agar percaya kepada ajaran islam dan mewujudkan ajaran yang dipercayainya itu dalam segala segi kehidupan. Dakwah mejadikan perilaku muslim dalam menjalankan islam sebagai agama Rahmat bagi seluruh alam yang harus didakwahkan kepada seluruh manusia. Sesuai dengan FirmanNya:” :  Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[3] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. An-Nahl: 125”) Sesuai dengan ayat diatas terdapat beberapa penafsiran tentang subtansi dakwah, Antara lain:
1.      Tafsir Al-Misbah.
Dalam ayat ini Nabi Muhamad Saw. Diperintahkan agar mengikuti Nabi Ibrahim As. Yang mana Beliau sebagai bapak para Nabi dan penyeru tauhid lalu diperintahkan lagi untuk mengajak umat manusia supaya mengikuti prinsip-prinsip atau ajaran Nabi Ibrahim As. Ayat ini menyatakan : Wahai Nabi Muhamad, serulah yakni lanjutkan usahamu untuk menyeru semua yang engkau sanggup seru kepada jalan yang ditunjukkan oleh Tuhanmu yakni ajaran islam. Dengan Hikmah dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka yakni siapapun yang menolak atau meragukan ajaran islam dengan cara yang terbaik.
Terdapat tiga cara berdakwah yang telah termakna dalam ayat ini yang sesuai dengan ayat ini dalam menghadapi manusia yang beragam kualitas dan kuantitas. Tanpa menghiraukan intervensi,cemoohan, atau tuduhan-tuduhan yang tidak berdasar oleh kaum musyrikin dan serahkan segala urusan hanya kepada Allah SWT. Karena sesungguhnya hanya Allah Yang Maha Mengetahui.
Tiga cara berdakwah yang terdapat di dalam ayat tersebut yaitu
1.)    Hikmah
Makna ini berawal dari kata hakamah, yang berarti kendali, karena kendali menghalangi apapun yang mengarah kearah yang tidak diinginkan atau menjadi liar. Atau dengan istilah lain hikmah ialah memilih yang terbaik dan sesuai diantara dua hal yang buruk. Sedangkan pelakunya dinamai hakim (bijaksana).
2.)    Mau`izhah
Dambil dari kata wa`azha yang berarti nasehat. Mau`izhah adalah uraian yang menyentuh hati yang mengantar kepada kebaikan. Mau`izhah hendaknya diisampaikan dengan khasanah  baik
3.)    Jadilhum
Ditarik dari kata jidal yang artinya diskusi atau bukti-bukti yang mematahkan alasan atau dalil mitra diskusi yang dapat mengalahkannya. Perintah berjidal disifati dengan ahsan yang terbaik, bukan sekedar yang baik. Thahrir ibn `asyur berpendapat bahwa jidal adalah bagian dari hikmah dan mau`izhah hanya saja , tulisannya , karena tujuan jidal meluruskan tingkah laku atau pendapat sehingga sasaran yang dihadapi menerima kebenaran, maka kendati ia tidak terlepas dari hikmah atau mau`izhah
2.      Tafsir Ibnu Katsir II
Dalam tafsir berikut Allah SWT menyuruh Rasulullah SAW mngajak makhluk kepada Allah SWT dengan cara Hikmah. Yakni dengan mematuhi perintah dan larangan Allah SWT  supaya mereka waspada terhadap siksaan Allah SWT.
Dalam Firmaan Allah, “ Dan bantahlah mereka dengan cara yang baik” dalam kutipan tersebut diambillah dengan cara penyampaian yang lemah lembut, halus, dan saling menyapa secara sopan.
Firman Allah “ sesunggguhnya Tuhanmu Dia lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalanNya”. Dari ayat tersebut diambil kesimpulan bahwa Allah mengetahui siapa saja yang celaka diantaranya dan mereka siapa yang bahagia.
  1. Tafsir Al-Azhar
Ayat tersebut mengandung ajaran tentang seruan terhadap manusia agar mereka berjalan diatas jalan Allah SWT. Kata hikmah kadang diartikan oleh orang-orang dengan filsafat, padahal kata hikmah itu sendiri memiliki inti yang lebih halus dengan filsafat. Filsafat hanya dapat dipahamkan oleh orang-orang yang telah terlatih pikiraannya, akan tetapi sebenarnya hikmah dapat menarik orang yang belum maju kecerdasannya dan tidak dapat dibantah oleh yang lebih pintar.
Kata Mau`izhatul hasanah merupakan sebagai makna pengajaran yang baik. Diantara contoh pengajaran yang baik itu adalah pendidikan ayah dan bunda dalam rumah tangga kepada anak-anaknya, sehingga menjadi kehidupan keluarga dan juga termasuk dalam pendidikan dan pengajaran.
Jadilhum bilati hiya ahsan diartikan sebagi bantahan dengan cara yang lebih baik, ayat ini dimaknai apabila telah terjadi kesalah pahaman atau salah pendapat ayat ini menyuruh kita untuk memberikan sanggahan yang baik.
  1. Tafsir Al-Maragi
Dalam tafsir ini tidak jauh beda dengan tafsir-tafsir diatas, juga terdapat istilah al-hikmah yang berarti perkataan yang kuat disertai dengan dalil yang menjelaskan kebenaran, dan menghilangkan kesalahpahaman.
Mau`izhatil hasanah yaitu dalil-dalil yang bersifat zanni yang dapat memberikan kepuasan serta pemahaman kepada orang awam.
Al-Jadal dimaknai percakaapan dan perdebatan untuk memberikan jawaban atas sanggahan agar mendapatkan solusi yang baik.
Dalam tafsir ini Allah SWT menyuruh Rasulullah SAW untuk mengikuti jejak nabi Ibrahim As untuk melanjutkan Dakwahnya. Serta menyuruh Rasulullah SAW untuk bersikap lemah lembut dalam menjatuhkan hukuman jika beliau hendak menjatuhkannya.
  1. Tafsir Ath-Tabari
Maksud ayat di atas adalah Allah  SWT berfirman kepada Nabi Muhammad supaya beliau menyeru kepada Allah SWT menuju jalan yang baik sesuai dengan sariat yang ditetapkannya serta dengan hikmah yaitu dengan wahyu Allah SWT yang disampaikan kepada nabi muhammad SAW. Serta dengan kitap Allah yang telah diturunkan untuk  Nabi Muhammad. Serta Allah SWT menyuruh nabi muhammad memberikan solusi terbaik terhadap perdebatan masalah.
Dalam akhir surat an-nahl tersebut dijelaskan bahwa sesungguhnya allah lebih mengetahui mana orang-orang yang  tersesat di jalannya dan juga orang-orang yang mendapat petunjuk maka Allah SWT membalas mereka semua sesuai dengan amal masing-masaing saat mereka kembali kepadaNya
Referensi :
Ar-Rifai, Nasib, Muhammad. 1999. Ibnu Katsir Jilid 11. Jakarta: Gema Insani.
Hamka. 2006. Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas.
Muhammad, ja’far, Abu bin Jarir Ath-Thabari. 2009. Ath Thabari. Jakarta: Pustaka Azzam.
Mustofa, Ahmad. 1993. Tafsir Al- Maragi. Semarang: Toha Putra.
Saputra, Wahidin. 2011. Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Shihab,M.Durasih. 2006. Tafsir Al-Mishbah. Jakarta: Lentera Hati.




[1] Ma'ruf: segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.
[2] Ahmad  Warson Munawir. Kamus Al-munawir. (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997) hlm. 406-407

Penyusun :-)
Yunendra B.M
M. Havidz Q.










0 komentar:

Template by:

Free Blog Templates